acara teve

Saya suka nonton berbagai acara atau program yang ditayangkan di berbagai saluran di televisi. Khususnya tayangan film dokumenter. Apapun. Tapi favorit saya adalah tayangan-tayangan tentang kehidupan.

Salah satu acara tayangan yang akhir-akhir ini sering saya tonton berjudul: I Didn’t Know I Was Pregnant di saluran TLC.

Pertama kali saya menonton program ini sudah beberapa tahun yang lalu. Dan itu terjadi secara kebetulan.

Kalau tidak salah waktu itu saya sedang zapping untuk mencari acara yang menarik yang bisa saya tonton. Lalu sampai di salah satu saluran, tidak ingat lagi apa, yang sedang menampilkan adegan seorang perempuan Afro-Amerika yang sedang berbaring dengan paniknya di atas tempat tidur di rumah sakit sambil dikelilingi oleh beberapa orang dan alat-alat medis. Entah kenapa, adegan tersebut menarik perhatian saya dan jadilah saya terpaku di saluran itu.

Adegan rekonstruksi yang sedang ditayangkan lumayan tegang. Saya ikut tegang. Dan, tentu saja, tercengang. Si perempuan Afro-Amerika ini ketika masih di rumah mengalami sakit yang sangat di bagian perut. Rasanya seperti sakit perut yang melilit. Dia curiga mengalami sakit usus buntu akut. Dan bergegas ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, segera ditangani oleh dokter jaga. Prosedurnya tentu saja prosedur standard. Pertanyaan-pertanyaannya juga pertanyaan-pertanyaan yang serba standard. Termasuk pertanyaan: “Apakah kamu sedang hamil?” Si perempuan menjawab, “tidak.” Tapi sakit di bagian perutnya tak kunjung hilang, malah berlipat ganda. Tes darah kilat juga dilakukan. Hasilnya? Si perempuan positif hamil!! Dan ketika dia diberitahu, dia menolak untuk percaya. Sebab dia sedang tidak punya pacar. Putus 5 bulan sebelumnya. Juga tidak sedang berelasi dengan siapapun. Kakak perempuan yang bersangkutan yang mengantarnya ke rumah sakit tak kalah tercengang dan syok mendengar informasi ini.

Perawat yang menangani kemudian melakukan prosedur USG standard. Ini dia lakukan untuk mengetahui berapa usia kehamilan si pasien. Tapi si perawat tidak bisa menemukan si bayi. Maklum. Si perempuan Afro-Amerika ini lumayan obes. Jadi mungkin si janin tertutup lemak dan akhirnya sulit dideteksi oleh alat USG. Jadilah si perawat memanggil dokter yang bertugas. Si dokter meneruskan melakukan USG, mencari si jabang. Si pasien diminta berbaring miring ke kiri agar si dokter bisa melakukan USG di pinggang bagian belakang ke arah punggung.

Voila!! Si bayi akhirnya kelihatan di layar USG. Dan… masya Allah! Dia sudah siap untuk keluar. Si perempuan Afro-Amerika itu tambah syok dan tambah panik. Kakaknya sama saja. Saya menonton dengan tercengang campur geli melihat adegan rekonstruksi yang tegang tapi kocak itu. Tau kan gaya syok-panik ala Afro-Amerika?? Ha ha ha… Gitu deh.

Jadilah si pasien mulai mengejan dalam usaha melahirkan si bayi. Yang saya salutkan adalah: walaupun baru mengetahui bahwa dirinya hamil dan sedang dalam proses melahirkan, si pasien menolak untuk mendapat suntikan anaestesi epidural (suntikan anaestesi untuk mengurasi rasa sakit saat sedang melahirkan). Dan hanya beberapa jam setelah mengetahui bahwa dirinya hamil dengan bayi yang sudah waktunya untuk dilahirkan, si perempuan Afro-Amerika ini akhirnya berhasil melahirkan bayi laki-laki yang sehat secara normal.

Sebelum itu saya tidak pernah mendengar kejadian tentang perempuan yang hamil dan yang bersangkutan tidak menyadari bahwa dia sedang hamil. Wow!! Yang jelas, saya belum pernah mendengar ada perempuan Indonesia yang hamil dan akhirnya melahirkan si bayi tanpa sebelumnya mengetahui bahwa dia hamil.

Nah, ternyata cukup banyak loh perempuan di dunia ini yang hamil tapi tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka sedang hamil. Dan ini ternyata menyangkut beberapa faktor.

1. si perempuan ini tetap rutin menggunakan alat kontrasepsi

2. si perempuan ini biasanya mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur. Tapi ini tidak selalu demikian

3. si perempuan sudah memasuki masa menopause

4. si perempuan ini tidak mengalami tanda-tanda kehamilan yang umum dialami/terjadi. Dan ini termasuk juga mereka tidak mengalami pembesaran perut akibat janin yang kian hari kian membesar di dalam rahim. Jadi tubuh tetap normal. Ukuran pakaian tetap sama dll.

5. kalaupun ada beberapa tanda-tanda kehamilan yang lumayan tampak/terasa (cepat lelah, mual ringan, napsu makan yang meningkat, pendarahan) maka tanda-tanda tersebut dikacaukan dengan kondisi kesehatan yang sedang menurun. Misalnya, si perempuan hamil sedang dalam masa studi yang menuntut jam belajar yang tinggi yang membuatnya jadi mudah lelah dan mudah lapar. Atau si perempuan yang bersangkutan sedang mengalami gangguan kesehatan yang membuat dirinya mudah mual. Pendarahan yang terjadi selama masa hamil dilihat sebagai siklus menstruasi akibat ketidaktahuan bahwa dirinya sedang hamil.

Program ini ingin menunjukkan dan menginformasikan kepada penonton, khususnya kaum perempuan bahwa hal ini mungkin terjadi.

Yang paling mengherankan saya adalah kenyataan bahwa para perempuan yang tidak menyadari bahwa mereka sedang hamil tersebut tidak mengalami pembesaran/pembengkakan di bagian perut. Padahal ketika sudah lahir, si bayi toh berukuran normal. Antara 2,5 — 3,5 kg. Lalu bagaimana penjelasannya?

Ternyata janin tumbuh dan berkembang di dalam rahim bagian belakang. Jadi pertumbuhan dan perkembangan si janin tidak tampak secara kasat mata dari perut si ibu yang kian membesar. Dan karena tumbuh dan berkembang di bagian belakang rahim, gerakan-gerakan si bayi juga tidak bisa dirasakan oleh si ibu.

Dalam beberapa kasus yang ditayangkan, beberapa perempuan tidak mendapat siklus menstruasi selama 1-2 bulan. Biasanya ini terjadi di awal kehamilan. Dan dalam tayangan ditunjukkan bahwa mereka mencoba melakukan tes kehamilan di rumah. Tentu saja hasilnya selalu negatif. Kalau hasilnya positif, tentu mereka kemudian tahu bahwa mereka sedang hamil. Nah, bagaimana bisa terjadi bahwa si perempuan sebenarnya (mulai) hamil tapi hasil tes kehamilan negatif.

Ada beberapa jawaban. Pertama, usia kehamilan masih terlalu muda untuk bisa dideteksi oleh alat tes kehamilan biasa. Kedua, tes kehamilan dilakukan tidak pada waktu yang tepat. Woaahh??? Jadi, ternyata untuk melakukan tes kehamilan dengan alat tes kehamilan instan yang dibeli di apotek tak bisa dilakukan sembarang waktu. Harus saat masa subur sesuai siklus menstruasi dan saat kira-kira si janin sudah tidak terlalu muda. Mungkin maksudnya ketika usia janin masuk usia 3 bulan kali ya. Kok repot ya?!

Yang paling ditekankan untuk diketahui dalam program ini adalah alat kontrasepsi apapun tidak menjamin pencegahan kehamilan 100%. Maksudnya: tidak ada alat kontrasepsi apapun yang bisa menjamin pencegahan kehamilan total 100%. Yang paling menjanjikan adalah pil KB. Dan pil KB pun cuma menjanjikan 98%. Jadi kemungkinan untuk tetap mengalami kehamilan yang 2% itu tetap bisa terjadi pada siapapun. Dan untuk kasus pil KB, ternyata keteraturan penggunaannya juga mempengaruhi keampuhan kerja si pil. Meminumnya di jam yang sama setiap harinya adalah cara paling tepat. Ketidakteraturan meminumnya membuat efektivitas si pil jadi berkurang. Bukan hanya kalau kadang minum dan kadang tidak, tapi juga kalau tetapi meminumnya setiap hari tetap di jam yang berbeda-beda. Jadi, berhati-hati dan berjaga-jagalah.

Satu hal yang membuat saya suka menonton tayangan ini. Setercengang, sekaget dan setidakpercaya apapun para perempuan ini, mereka menerima kehadiran si bayi sebagai suatu hadiah kagetan yang sangat mereka syukuri. Mereka menerima kehadiran si bayi sebagai penambah kebahagiaan hidup mereka yang membuat hidup mereka makin terasa penuh dan lengkap.

How I love happy ending!

* * * * * * *

2 comments

  1. pojokjendela · · Reply

    Gue 1 kali nonton tayangan ini. Hedeh…

    1. ikut mules tp nggak ada yg keluar kan?? hahaha…

Leave a reply to Retno Pudjiastuti Cancel reply